- Home>
- kelas , pendidikan , sosial >
Posted by : Layyinatus Syifa
Senin, 11 April 2016
ARTIKEL TUGAS KULIAH
Sistem Sosial dan Pendidikan
Perkembangan peserta didik merupakan suatu aspek pendidikan dimana
seorang guru dituntut untuk memahani dan mengawal dalam etiap tahap
perkembangan, agar proses pendidikan dapat berhasil sesuai dengan apa yang
diharapkan oleh pendidik dan peserta didik. Lingkungan peserta didik meliputi;
lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. Lingkungan-
lingkungan itu banyak mempengaruhi pola pikir dan tingkah laku seorang persta
didik.
Dalam jurnal ini kita mencoba membaca realitas yang ada di
masyarakat sekolah hari ini, mengapa masih banyak masyarakat yang tidak
berminat menyekolahkan putra putinya di sekolah tertentu?. Apakah sistem sosial
yang dibangun dalam sekolah sudah sesuai dengan budaya dan kearifan lokal yang
dimiliki oleh masyarakat sekitar atau belum.Untuk memahami sistem sosial dalam
pendidikan dari jurnal ini ada dua hal yang di bahas yaitu kelas sebagai sistem sosial dan sekolah sebagai sistem sosial;
1. Kelas sebagai sitem sosial : yang mana disana terdapat dalam perspektif sosiologi, di saana terdapat gabungan dari individu-individu yang membentuk suatu kelompok sosial yang teratur dan memiliki fungsi dan peran yang kompleks dalam kacamata pendidikan. Menurut Emil Durkheim, yang dikutip oleh Sanapiah Faisal bahwa kelas dikenal sebagai masyarakat kecil, dan menurut Horton dan Hunt, hakikat keberadaan kelompok sosial bukan bukan tergantung dari dekatnya jarak fisik, melainkan pada kesadaran untuk berinteraksi, sehingga kelas bersifat bersifat permanen dan tidak hanya suatu kolektif semata.
Pembahasan kelas sebagai sistem sosial membahas tiga pembahasn yang
memperjelas bagaimana interaksi di kelas yang baik dan efesien antara guru dan
murid. Yaitu yang pertama, Stuktur sosial kelas yang mana kelas
merupakan miniatur dari kelompok yang berbeda-beda dan dari latar belakang yang
berbeda-beda.Beberapa ciri khas struktur kelas yang memiliki kesamaan dengan
masyarakat yaitu dari komposisi anggota dan struktur birokratis berupa peran
dan status.
Yang kedua adalah mengenai pola komunikasi dalam kelasyang
mana disini yaitu membahas bahwa komunikasi menjadi elemen penting dalam segala
kegiatan di dalam kelas, baik interaksi timbal balik antara murid dengan murid
maupun murid dengan guru. Pola komunikasi disini yaitu menyampaikan bahwa guru
menjadi pusat dan mendominasi setiap kegiatan penyaluran informasi, dan
menyampaikan juga implikasi dari model komunikasi secara terpusat ini. Kemudian
yang terakhir dari kelas sebagai sistem sosial adalah iklim sosial di
kelas, yang mana ada enam iklim yang saling memadukan dan mereflesikan bentuk
hubungan vertikal kelas antara guru dan murid dalam kegiatan belajar yang
sangat membantu keberhasilan siswa dalam berjalan atau berosialisasi. Keenam
iklim tersebut adalah ikllim terbuka, iklim mandiri, iklim terkonterol, iklim
persaudaraan, dan iklim tertutup.
2.
Sekolah sebgai sistem sosial : yaitu menggunakan salah satu pendekatan dalam sosiologi yaitu pendekatan
fungsional struktural dan pendekatan konflik. Menurut Nasikun (1984) fungsional
struktural dapat dikaji melalui enam asumsi yaitu,
a.
Masyarakat harus dilihat sebagagai sistem dimamn terdapat
bagin-bagian yang sling berhubungan satu sama lain.
b.
Hubungan saling mempengaruhi antara bgian yang satu dan yang lain
c.
Walaupun sulit untuk mencapai kesempurnaan, namun secara mendasar
sistem sosial bergerak menuju arah keseimbangan
d.
Walaupun terjadi disfungsi, namun akan terselesaikan seiring
berjalannya waktu melalui proses penyesuaian
e.
perubhan sosial datang dari
tiga faktor yaitu eksternal, proses disferensiasi dan oleh penemuan2 baru
f.
Faktor penting yang mengintregasikan sistem sosial adalah tentang
nilai nilai tertentu.
Dari asumsi asumsi diatas disimpulkan bahwa sebuah sistem sosial
merupakan sistem dari tindakan tindakan manusia. Sedangkan sekolah sebagai
sistem sosial merupakan akumulasi komponen-komponen sosial integral yang salin
berinteraksi dan memiliki kiprah saling bergantung satu sama lain. Pengaturan
interaksi sosial antaranggota masyrakat tersebut dapat terjadi karena komitmen
mereka terhadap norma norma sosial yang menghasilkan daya untuk mengatasi
berbagassi persoalan antara sekolah dan masyarakat.
Pendekatan fungsional stuktural tadi lebih menekankan pada asumsi
dasarnya yang menelaah tingkah laku sosial, khususnya hal-hal yang paling mikro
di tengah masyarakat. Oleh karena itula pendekatan ini dianggapkurang lengkap
dalam menelaah hakikat sistem sosial. Kemuadian ada pendekatan yangdinamakan
pendekatan konflik yang mana sebagai pelengkap kajian mengenai sistem sosial
ini.
Pendekatan konfilk ini lebih memperhatikan kekurangan kekurangan
yang melekat di dalam fungsional struktural lalu mencoba menemukan formulasi
teoritis yang lenih representatif. Menurut Faisal dan Yasik (1985) menyatakan
bahwa dari pendekatan konflik bisa ditarik dua asumsi dasar yang muncul pada
lembaga sekolah ;
1.
Potensi konflik dalam mengintregasikan pemahaman satu tujuan
sekolah kepada para pemegang stasus yang berbeda-beda. Untuk satu tujuan
pendidikan, masing-masing pengemban posisi akan memiliki daya tangkap sektoral
yang berbeda beda dalam mengartikan hasil maupun proses pencapaian tujuan.
2.
Sulitnya meraih kesamaan persepsi mengenai batas peran dan posisi
pendidikan. Sebagai dampaknya, keadaan tersebut memicu konflik internal. Yang
dimaksut konflik peranan internal konflik haraoan antar pihak dari pemegang
posisi peran di sekolah.
Dari dua pendekatan diatas (fungsional struktural dan konflik)
dapat diambil kesimpulan bahwa sekolah bukanlah sekedar kumpulan yang terdiri
dari para pelaksanaa administrasi, guru dan murid dengan segala sifat dan
pembawaan mereka masing masing (Horton dan Hunt;1999:333). Lebih dari itu,
sekolah merupakan suatu sistem sosial yang didalamnya terdapat seperangkat
hubungan yang mapan, interaksi, konfrontasi, konlik, akomodasi, maupun
intregasi yang menentukan dinamika para warganya.